Jumat, 22 April 2011

LAPORAN PENDAHULUAN
DENGAN KASUS FRAKTUR


A. KONSEP DASAR
I. PENGERTIAN
 Fraktur adalah putusnya hubungan normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan. (E. Oerswari, 1989 : 144)
 Fraktur tertutup adalah fraktur tidak meluas melewati kulit.
 Fraktur terbuka adalah fragmen tulang meluas melewati otot dan kulit, dimana potensial untuk terjadi infeksi.

II. ANATOMI FISIOLOGI
Tulang-tulang lengan diantaranya :
 Skapula
 Klavikula
 Humerus
 Ulnaris
 Ossa Karpalia
 Ossa Metakarpalia
 Phalanges
Tulang radius dan ulna :
Radius adalah tulang pada sisi luar dari lengan bawah memiliki ujung proksimal dengan :
• Kaput, berarti kulasi dengan capitulum humerus
• Humerus
• Tuberositas, tempat melekatnya tendon dari otot bisep
Korpus, tempat berbagai otot fleksor dan ekstensor melekat, bagian distal, dengan procesus styloideus meruncing dan permukaan artikular bagian distal ulnalis.
Ulna adalah tulang panjang pada sisi dalam lengan bawah. Memperlihatkan : bagain proksimal dengan :
• Olecanon, dengan processus yang runcing terletak di belakang bagian distal humerus.
• Processus coronoideus, processus yang meruncing di depan
• Incisura trochlearis, processus ini merupakan tempat bagian distal numerus dan pada sisi luarnya tempat kaput radius.
Korpus dengan taper tempat otot-otot fleksor dan ekstensor dari lengan bawah dan tangan melekat.
Bagain distal dengan :
• Processus styloideus kecil
• Permukaan artikular tempat bagian distal radius
• Permukaan artikular yang dipisahkan dari tulang-tulang pergelangan oleh bantalan kartilago.
Membran interosus selapis jaringan fibrosa, yang melekat ke ujung perbatasan radius dan ulna dan memenuhi celah diantaranya. Hal ini memberikan perlekatan untuk otot-otot baik di depan dan di belakang.

III. ETIOLOGI
 Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu, misalnya tulang kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah, tepat ditempat benturan.
 Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat yang jatuh dari tempat terjadinya trauma.
 Truma akibat tarikan otot, jarang terjadi.
 Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan struktur tulang dan menyebabkan fraktur
 Adanya penyakit primer seperti osteoporosis.
( E. Oerswari, 1989 : 147 )











IV. PATOFISIOLOGI



























1. Fase hematum
• Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume disekitar fraktur
• Setelah 24 jam suplai darah di sekitar fraktur meningkat
2. Fase granulasi jaringan
• Terjadi 1 – 5 hari setelah injury
• Pada tahap phagositosis aktif produk neorosis
• Itematome berubah menjadi granulasi jaringan yang berisi pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.
3. Fase formasi callus
• Terjadi 6 – 10 harisetelah injuri
• Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus
4. Fase ossificasi
• Mulai pada 2 – 3 minggu setelah fraktur sampai dengan sembuh
• Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang patah
5. Fase consolidasi dan remadelling
• Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus terbentuk dengan oksifitas osteoblast dan osteuctas

V. TANDA DAN GEJALA
1. Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti :
a. Rotasi pemendekan tulang
b. Penekanan tulang
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3. Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4. Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5. Tenderness/keempukan
6. Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7. Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan)
8. Pergerakan abnormal
9. Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10. Krepitasi.
( Joyce. M. Black, 1993 : 199 )


VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Rontgen
 Untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung
 Mengetahui tempat dan type fraktur
Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan selama proses penyembuhan secara periodik
2. Skor tulang tomography, skor C1, Mr1 : dapat digunakan mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak.
3. Artelogram dicurigai bila ada kerusakan vaskuler
4. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat ( hemokonsentrasi ) atau menrurun ( perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada trauma multiple)
Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal setelah trauma
5. Profil koagulasi perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah transfusi multiple atau cedera hati.
( Marlyn E. Doenges, 1999 : 762 )

VII. PENATALAKSANAAN
1. Faktor Reduction
 Manipulasi atau penurunan tertutup, manipulasi non bedah penyusunan kembali secara manual dari fragmen-fragmen tulang terhadap posisi otonomi sebelumnya.
 Penurunan terbuka merupakan perbaikan tulang terusan penjajaran insisi pembedahan, seringkali memasukkan internal viksasi terhadap fraktur dengan kawat, sekrup peniti plates batang intramedulasi, dan paku. Type lokasi fraktur tergantung umur klien.
Peralatan traksi :
o Traksi kulit biasanya untuk pengobatan jangka pendek
o Traksi otot atau pembedahan biasanya untuk periode jangka panjang.
2. Fraktur Immobilisasi
 Pembalutan (gips)
 Eksternal Fiksasi
 Internal Fiksasi
 Pemilihan Fraksi
3. Fraksi terbuka
 Pembedahan debridement dan irigrasi
 Imunisasi tetanus
 Terapi antibiotic prophylactic
 Immobilisasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN
I. PENGKAJIAN
1. Aktivitas/istirahat
Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena ( mungkin segera fraktur itu sendiri atau terjadi secara sekunder dari pembengkakan jaringan nyeri )
2. Sirkulasi
Tanda :
 Hipertensi (kadang-kadang terlihat senbagai respon terhadap nyeri/ansietas) atau hipotensi (kehilangan darah)
 Takikardi ( respon stress, hipovolemi )
 Penurunan/tidak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler, lambat, pusat bagian yang terkena.
 Pembengkakan jaringan atau masa hematon pada sisi cedera.
3. Neuro sensori
Gejala :
 Hilang gerakan/sensori, spasme otot
 Kesemutan
Tanda :
 Deformitas local angurasi abnormal, pemendekan, rotasi krepitasi (bunyi berdent) spasme otot, terlihat kelemahan atau hilang fungsi.
 Agitasi (mungkin badan nyeri/ansietas/trauma lain)
4. Nyeri atau kenyamanan
Gejala :
 Nyeri berat tiba-tiba pada saat cidera ( mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan tulang, dapat berkurang pada immobilisasi) tidak ada nyeri akibat kerusakan syaraf.
 Spasme/kram otot (setelah immobilisasi)

5. Keamanan
Tanda :
 Laserasi kulit, avulasi jaringan, perdarahan, perubahan warna.
 Pembengkakan local (dapat meningkat secara bertahap atau tiba-tiba)
6. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala :
 Lingkungan cedera memerlukan bantuan dengan transplantasi, aktivitas perawatan diri dan tugas pemeliharaan/perawatan rumah.
( Marlyn E. Doenges, 1999:762 )

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
2. Intoleransi terhadap disfungsi necrovaskuler primer berhubungan dengan penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus hipovolumna
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuro muscular, nyeri terapi rastriktif ( immobilitas tungkai)

III. PERENCANAAN
Dignosa :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontunuitas jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas
Tujuan : nyeri dapat berkurang atau hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil :
- Nyeri berkurang atau hilang
- Klien tampak tenang.
Intervensi dan rasional :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga
R/ hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif

b. Kaji tingkat indensitas dan frekwensi nyeri
R/ tingkat intensitas nyeri dan frekwensi menunjukkan skala nyeri
c. Jelaskan pada klien penyebab dari nyeri
R/ memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri
d. Observasi TTV
R/ untuk mengetahui perkembangan klien
e. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
R/ merupakan tindakan dependent perawat, dimana analgesik berfungsi untuk memblok stimulasi nyeri.

Diagnosa :
2. Intoleransi terhadap disfungsi neuromuskular perifer berhubugan dengan penurunan aliran darah cedera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus hipovolemia
Tujuan : fungsi neuromuskuler normal
Kriteria Hasil :
- Mempertahankan perfungsi jaringan dibuktikan oleh terabanya nadi, kulit basah/kering sensori normal. Sensori biasa TTV, pengeluaran urine untuk situasi individu.
Intervensi dan Rasional :
a. Evaluasi adanya/kualitas nadi perifer distal terhadap cedera melalui palpasi/dopper. Bandingkan dengan ekstremitas yang sakit
R/ penurunan/tidak adanya nadi dapat menggambarkan cedera vaskuler evaluasi medik segera terhadap status sirkulasi.
b. Kaji aliran kapiler warna kulit dan kehangatan distal pada fraktur
R/ kembalinya warna harus cepat (3-5 detik) warna kulit putih menunjukkan bagian arterial siasonis diduga ada gangguan vena.
c. Awasi posisi/lokasi cincin penyokong beban
R/ alat traksi dapat menyebabkan tekanan pada pembuluh darah/saraf terutama pada aksila dan lipatan paha, mengakibatkan iskemia dan kerusakan saraf permanent



d. Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba
R/ dislokasi fraktur sendi (khususnya lutut dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan dengan akibat hilangnya aliran ke distal
e. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan tanda-tanda pusat/sianosis umum, kulit dingin perubahan mental
R/ ketidakadekuatan volume sirkulasi akan mempengaruhi sistem perfusi jaringan
f. Berikan kompres es sekitar fraktur sesuai indikasi
R/ menurunkan edema/pembentukan hematoma yang dapat mengganggu sirkulasi
g. Bebat/buat spalk sesuai dengan kebutuhan
R/ mungkin dilakukan pada keadaan darurat untuk menghilangkan restriksi sirkulasi yanhg diakibatkan oleh pembentukan edema pada extremitas yang cedera

Diagnosa :
3. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskular nyeri terapi restriktif (immobilasi tungkai)
Kriteria Hasil :
- Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
- Mempertahankan posisi fungsional
- Meningkatkan kekuatan/fungsi yang sakit dan mengkompensasi bagian tubuh.
- Menunjukkan teknik yang melakukan aktivitas
Inervensi dan Rasional :
a. Kaji derajat immobilitas yang dihasilkan oeh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi pasien terhadap immobilisasi
R/ deteksi dini persepsi diri tentang keterbatasan fisik aktual memerlukan informasi/intervensi untuk meningkatkan kemauan kesehatan.
b. Instruksikan pasien untuk/bantu dalam rentang gerak pasien aktif pada ekstremitas yang sakit dan yang tidak sakit
R/ meningkatakan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot, mempertahankan gerak sendi, mencegah kontraktor/atrofi, dan resopsi kalsium karena tidak digunakan.
c. Berikan papan kaki, bebat pergelangan, gulungan trokonter/tangan yang sesuai
R/ mempertahankan posisi fungsional ekstremitas, tangan/kaki, dan mencegah komplikasi
d. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang sakit
R/ kontraksi otot isometrik tanpa menekuk sendi atau menggerakkan tungkai dan membantu mempertahankan kekuatan dan masa otot.
e. Kolaborasi dalam ahli terapi fisik/okpasi dan/rehabilitasi spesialis
R/ berguna dalam membuat aktivitas individual/program latihan



















DAFTAR PUSTAKA

Black, Joyce M.1993 Medical Surgical Nursing W.B Sainders Company. Philadelpia
Doenges, Marilyn E 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3
Made Kariasa, Nimade Sumarwati Editor Monicaester, Yasmin Asih EGC, Jakarta
E. Oerswari 1989, Bedah dan Perawatannya, PT Gramedia. Jakarta
Brunner dan Suddarth, 2002, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 3, EGC, Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar